Muharlika Elsa Putri
Rabu, 15 Januari 2014
Tugas UAS Excel
Disini saya memposting tugas akhir semester mata kuliah komputer saya, untuk mendapatkan nya bisa download disini
Sabtu, 11 Januari 2014
KIAT SEDERHANA TANGKAL RADIKAL BEBAS
Dalam dua dasawarsa terakhir, pemahaman mengenai mekanisme
gangguan kesehatan berkembang, terutama yang berhubungan dengan penyakit degeneratif. Maka pemahaman seputar radikal bebas dan antioksidan pun berkembang lebih luas.
Proses metabolisme tubuh selalu diiringi pembentukan radikal bebas, yakni molekul-molekul yang sangat reaktif. Molekul-molekul tersebut memasuki sel dan “meloncat-loncat” di dalamnya. Mencari, lalu “mencuri” satu elektron dari molekul lain untuk dijadikan pasangan. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh pada hakikatnya adalah suatu kejadian normal, bahkan terbentuk secara kontinyu karena dibutuhkan untuk proses tertentu, di antaranya oksidasi lipida.
Tanpa produksi radikal bebas, kehidupan tidaklah mungkin terjadi. Radikal bebas berperan penting pada ketahanan terhadap jasad renik. Dalam hati dibentuk radikal bebas secara enzimatis dengan maksud memanfaatkan toksisitasnya untuk merombak obat-obatan dan zat-zat asing yang beracun.
Namun pembentukan radikal bebas yang berlebihan malah menjadi bumerang bagi sel tubuh, karena sifatnya yang aktif mencari satu elektron untuk dijadikan pasangan. Dalam pencariannya, membran sel dijebol dan inti sel dicederai. Aksi ini dapat mempercepat proses penuaan jaringan, cacat DNA serta pembentukan sel-sel tumor. Radikal bebas juga “dituding” dalam proses pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Tubuh memerlukan bala bantuan untuk mengendalikan jumlah radikal bebas yang melampaui kebutuhan itu, yaitu antioksidan yang sebenarnya sudah terbentuk secara alamiah oleh tubuh. Berdasarkan sifatnya, antioksidan mudah dioksidasi (menyerahkan elektron), sehingga radikal bebas tak lagi aktif mencari pasangan elektronnya.
Unsur antioksidan yang terpenting adalah yang berasal dari vitamin C, E dan A serta enzim alamiah. Demi memenuhi tuntunan itu, berbagai upaya dilakukan, misalnya dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur yang kaya akan vitamin dan mineral tertentu. Ada pula yang menempuh cara lebih praktis, yaitu mengonsumsi suplemen, baik yang berbahan dasar alami maupun yang sintetis.
Belum banyak yang memahami benar seberapa banyak kebutuhan tubuh kita akan vitamin A, C dan E yang dikelompokkan sebagai antioksidan. Sebagai contoh masih terdapat perbedaan pendapat tentang dosis Vitamin C yang perlu dikonsumsi setiap hari. Sebagian pakar merekomendasikan cukup 60–70 mg, dengan alasan cukup untuk kebutuhan setiap hari. Jika mengonsumsi berlebih akan terbuang dalam urin. Sedangkan yang lain menganjurkannya 500–1.000 mg agar Vitamin C bukan sekedar memenuhi kebutuhan tubuh untuk stimulasi proses metabolisme, tetapi benar-benar dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Beberapa pakar nutrisi berpendapat, bahwa kecukupan antioksidan dapat diperoleh dengan cara menjaga pola makan bergizi seimbang. Namun, pada kenyatannya tidak banyak yang dapat melakukannya setiap hari. Sebagai contoh, bagi kalangan berpendapatan kelas menengah-bawah buah-buahan yang dijual pada umumnya relatif mahal, sehingga kebutuhan akan vitamin yang tergolong anti oksidan menjadi berkurang. Mereka berpendapat dapat digantikan dengan suplemen yang lebih murah. Namun keunggulan suplemen ini tetap kalah jika dibandingkan dengan makanan alami, karena pada yang alami terdapat vito chemicals, yaitu sekumpulan bahan-bahan kimia yang mempunyai fungsi belum diketahui secara rinci.
Ada pula yang berpendapat, dalam mengonsumsi suplemen, mengambil dosis yang moderat, artinya tidak menggunakan vitamin dengan dosis terlalu tinggi, contohnya 500 mg Vitamin C setiap hari. Penggunaan dosis tinggi dianggap tidak baik bagi kesehatan, apalagi digunakan dalam jangka panjang. “Beberapa studi menunjukkan, dosis terlalu tinggi mengubah sifat antioksidan menjadi prooksidan,” peringatan dr Benny Soegianto, MPH. (alm) dalam sebuah wawancara dengan reporter majalah kesehatan tujuh tahun silam. Kendatipun demikian sampai saat ini masih banyak konsumen yang tergoda untuk rutin memakai dosis tinggi karena terbuai janji khasiatnya sebagai penghambat proses penuaan.
Tubuh kita sendiri, lanjut dr Benny seringkali mampu memberikan sinyal kekurangan vitamin tertentu. Sebagai contoh, jika Vitamin B dan C dalam kurun waktu tertentu tidak cukup dikonsumsi dan tubuh sedang bekerja keras, maka akan timbul sariawan dan tubuh akan terasa pegal. Oleh karenanya kecukupan kedua macam vitamin tersebut perlu dijaga dengan cara–suka tidak suka- mengonsumsi buah segar setiap hari dalam porsi yang memadai.
Proses metabolisme tubuh selalu diiringi pembentukan radikal bebas, yakni molekul-molekul yang sangat reaktif. Molekul-molekul tersebut memasuki sel dan “meloncat-loncat” di dalamnya. Mencari, lalu “mencuri” satu elektron dari molekul lain untuk dijadikan pasangan. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh pada hakikatnya adalah suatu kejadian normal, bahkan terbentuk secara kontinyu karena dibutuhkan untuk proses tertentu, di antaranya oksidasi lipida.
Tanpa produksi radikal bebas, kehidupan tidaklah mungkin terjadi. Radikal bebas berperan penting pada ketahanan terhadap jasad renik. Dalam hati dibentuk radikal bebas secara enzimatis dengan maksud memanfaatkan toksisitasnya untuk merombak obat-obatan dan zat-zat asing yang beracun.
Namun pembentukan radikal bebas yang berlebihan malah menjadi bumerang bagi sel tubuh, karena sifatnya yang aktif mencari satu elektron untuk dijadikan pasangan. Dalam pencariannya, membran sel dijebol dan inti sel dicederai. Aksi ini dapat mempercepat proses penuaan jaringan, cacat DNA serta pembentukan sel-sel tumor. Radikal bebas juga “dituding” dalam proses pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Tubuh memerlukan bala bantuan untuk mengendalikan jumlah radikal bebas yang melampaui kebutuhan itu, yaitu antioksidan yang sebenarnya sudah terbentuk secara alamiah oleh tubuh. Berdasarkan sifatnya, antioksidan mudah dioksidasi (menyerahkan elektron), sehingga radikal bebas tak lagi aktif mencari pasangan elektronnya.
Unsur antioksidan yang terpenting adalah yang berasal dari vitamin C, E dan A serta enzim alamiah. Demi memenuhi tuntunan itu, berbagai upaya dilakukan, misalnya dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur yang kaya akan vitamin dan mineral tertentu. Ada pula yang menempuh cara lebih praktis, yaitu mengonsumsi suplemen, baik yang berbahan dasar alami maupun yang sintetis.
Belum banyak yang memahami benar seberapa banyak kebutuhan tubuh kita akan vitamin A, C dan E yang dikelompokkan sebagai antioksidan. Sebagai contoh masih terdapat perbedaan pendapat tentang dosis Vitamin C yang perlu dikonsumsi setiap hari. Sebagian pakar merekomendasikan cukup 60–70 mg, dengan alasan cukup untuk kebutuhan setiap hari. Jika mengonsumsi berlebih akan terbuang dalam urin. Sedangkan yang lain menganjurkannya 500–1.000 mg agar Vitamin C bukan sekedar memenuhi kebutuhan tubuh untuk stimulasi proses metabolisme, tetapi benar-benar dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Beberapa pakar nutrisi berpendapat, bahwa kecukupan antioksidan dapat diperoleh dengan cara menjaga pola makan bergizi seimbang. Namun, pada kenyatannya tidak banyak yang dapat melakukannya setiap hari. Sebagai contoh, bagi kalangan berpendapatan kelas menengah-bawah buah-buahan yang dijual pada umumnya relatif mahal, sehingga kebutuhan akan vitamin yang tergolong anti oksidan menjadi berkurang. Mereka berpendapat dapat digantikan dengan suplemen yang lebih murah. Namun keunggulan suplemen ini tetap kalah jika dibandingkan dengan makanan alami, karena pada yang alami terdapat vito chemicals, yaitu sekumpulan bahan-bahan kimia yang mempunyai fungsi belum diketahui secara rinci.
Ada pula yang berpendapat, dalam mengonsumsi suplemen, mengambil dosis yang moderat, artinya tidak menggunakan vitamin dengan dosis terlalu tinggi, contohnya 500 mg Vitamin C setiap hari. Penggunaan dosis tinggi dianggap tidak baik bagi kesehatan, apalagi digunakan dalam jangka panjang. “Beberapa studi menunjukkan, dosis terlalu tinggi mengubah sifat antioksidan menjadi prooksidan,” peringatan dr Benny Soegianto, MPH. (alm) dalam sebuah wawancara dengan reporter majalah kesehatan tujuh tahun silam. Kendatipun demikian sampai saat ini masih banyak konsumen yang tergoda untuk rutin memakai dosis tinggi karena terbuai janji khasiatnya sebagai penghambat proses penuaan.
Tubuh kita sendiri, lanjut dr Benny seringkali mampu memberikan sinyal kekurangan vitamin tertentu. Sebagai contoh, jika Vitamin B dan C dalam kurun waktu tertentu tidak cukup dikonsumsi dan tubuh sedang bekerja keras, maka akan timbul sariawan dan tubuh akan terasa pegal. Oleh karenanya kecukupan kedua macam vitamin tersebut perlu dijaga dengan cara–suka tidak suka- mengonsumsi buah segar setiap hari dalam porsi yang memadai.
Selasa, 31 Desember 2013
Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di Lubuk Buaya Padang
Status gizi anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Tiga faktor utama yang mempengaruhi status gizi anak yaitu aspek konsumsi, kesehatan anak, dan pengasuhan psikososial. Menurut Santoso dan Ranti (1995), anak balita lebih rentan menderita penyakit infeksi karena sudah mulai bergerak aktif untuk bermain, sehingga sangat mudah terkontaminasi oleh kotoran. Pudjiadi (2000) juga men jelaskan bahwa anak usia 2 - 5 tahun sudah mulai memiliki kebiasaan membeli makanan jajanan yang belum tentu terjaga kebersihannya, baik dalam pengolahan maupun penyajiannya, sehingga sangat mudah terkontaminasi oleh kuman yang bisa menyebabkan diare.
Sebagian besar balita memiliki status gizi baik (84,1%) dan masih ditemukan balita gizi kurang sebanyak 13,8% serta gizi buruk 2,1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase balita gizi kurang. Sebagian besar anak yang menderita diare mengalami demam (70,3%) dan penurunan nafsu makan (81,1%). Demam timbul sebagai
respon tubuh saat terjadinya proses inflamasi akibat infeksi dan penurunan nafsu makan atau asupan makanan terjadi sejalan dengan tingkat keparahan infeksi. Semakin parah infeksi yang terjadi maka penurunan asupan makanan akan semakin besar.
untuk lebih tau selengkapnya download disini
Selasa, 24 Desember 2013
Iron-Deficiency Anemia and Weight at Birth, Length of Gestation and Perinatal Mortality?
An extensive literature review was conducted to identify whether iron deficiency, iron-deficiency
anemia and anemia from any cause are causally related to low birth weight, preterm birth or perinatal mortality.
As part of a critical review process to examine the importance of iron deficiency and iron-deficiency anemia and anemia in public health, this review was undertaken to determine whether these conditions in pregnant women cause low birth weight (LBW) or perinatal mortality. Because LBW (,2.5 kg at birth) infants include both those who are preterm (,37 wk gestational age) and those who are small for their gestational age, the distinction between preterm and fetal growth retardation
was maintained where the data permitted.
For the intervention studies to demonstrate a causal relationship between correction of maternal anemia and an increase in birth weight, a number of conditions must be met. For the purpose of this review, these factors fall into three broad categories, i.e., those that eliminate confounding and bias, those that permit one to attribute the effect observed to
the elimination of anemia, iron deficiency or both, and those that eliminate false-negative findings.
Consideration should be given to lowering the hemoglobin cut-off value for anemia during pregnancy because optimal birth outcomes may be achieved at hemoglobin values in the range currently designated as anemic. Although there may be other reasons to offer women supplemental iron during pregnancy, the currently available evidence from studies with designs appropriate to establish a causal relationship is insufficient to support or reject this practice for the specific purposes of raising birth weight or lowering the rate of preterm birth.
Untuk melihat selengkapnya Download disini
anemia and anemia from any cause are causally related to low birth weight, preterm birth or perinatal mortality.
As part of a critical review process to examine the importance of iron deficiency and iron-deficiency anemia and anemia in public health, this review was undertaken to determine whether these conditions in pregnant women cause low birth weight (LBW) or perinatal mortality. Because LBW (,2.5 kg at birth) infants include both those who are preterm (,37 wk gestational age) and those who are small for their gestational age, the distinction between preterm and fetal growth retardation
was maintained where the data permitted.
For the intervention studies to demonstrate a causal relationship between correction of maternal anemia and an increase in birth weight, a number of conditions must be met. For the purpose of this review, these factors fall into three broad categories, i.e., those that eliminate confounding and bias, those that permit one to attribute the effect observed to
the elimination of anemia, iron deficiency or both, and those that eliminate false-negative findings.
Consideration should be given to lowering the hemoglobin cut-off value for anemia during pregnancy because optimal birth outcomes may be achieved at hemoglobin values in the range currently designated as anemic. Although there may be other reasons to offer women supplemental iron during pregnancy, the currently available evidence from studies with designs appropriate to establish a causal relationship is insufficient to support or reject this practice for the specific purposes of raising birth weight or lowering the rate of preterm birth.
Untuk melihat selengkapnya Download disini
Anemia
Suatu keadaan dimana hemoglobin dalam darah kurang dari
normal. Zat ini di buat di dalam sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi
baik karena sel darah merah banyak mengandung hemoglobin maunpun sel darah
merah yang tidak cukup.
Kurang darah berbeda dengan tekanan darah rendah. Klasifikasi
anemia ada 4 yaitu :
·
Anemia
defisiensi
·
Anemia
aplastik
·
Anemia
hemoragik
·
Anemia
hemolitik
Dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapatdalam darah sebagai bagian
dari protein yang bernama hemoglobin
dan mioglobin. Ada 2 jenis zat besi
yang berbeda dalam
makanan, yaitu zat besi yang berasal
dari Hem dan Non Hem.
1.
Zat Besi Hem
Merupakan
penyusun Hemoglobin danMioglobin. Terkandung dalam : daging,
ikan,
unggas serta hasil olahan darah.
2.
Zat Besi Non Hem
Terkandung
dalam makanan nabati: sayur-sayuran yang berwarna hijau tua
Zat aktif
yang memacu(enchancers) penyerapan zat besi
• Vitamin
C,
• asam
sitrat (pepaya, jambu biji, pisang, mangga, jeruk, apel, nanas)
• asam
malat dan asam tartarat (wortel, kentang, brokoli, tomat, kobis, labu
kuning(waluh)
• asam
amino cistein (daging sapi, kambing, babi, ayam, hati, ikan)
Upaya
penanggulangan gizi besi adalah sebagai berikut :
1.
Suplementasi
2.
Fortifikasi
3.
Membatasi pembuangan zat besi dari tubuh secara patologis
4.
Penyuluhan
Untuk mendapatkan naskah aslinya silahkan Download disini
Senin, 02 Desember 2013
LAPORAN PRATIKUM ILMU PANGAN
DASAR
PEMILIHAN IKAN DAN PERAIRAN
LAINNYA SERTA HASIL OLAH BERDASARKAN STANDAR MUTU
“ IKAN DAN HASIL PERAIRAN
LAINNYA ’’

Oleh :
GOLONGAN 11
KELAS 1B
1.
FRISTA
PUTRI MAIRILLA (132110160)
2.
MUHARLIKA
ELSA PUTRI (132110168)
3. SRI ELSI JUNIZAR
(132110179)
KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN GIZI POLTEKKES
PADANG
2013
LAPORAN PRATIKUM ILMU PANGAN DASAR
Judul : Pemilihan ikan dan hasil perairan
lainnya berdasarkan hasil olahannya berdasarkan standar mutu
Topik : Ikan dan hasil
perairan
Praktek ke /
gol : 4 / 11
Hari /
tanggal : selasa /
19 November 2013
Tujuan :
·
Menetukan
persamaan dan perbedaan jenis ikan dan hasil perairan berdasarkan ciri yang ada
·
Menentukan
persamaan dan perbedaan hasil ikan dan hasil perairan berdasarkan ciri yang ada
·
Menentukan
mutu ikan dan hasil perairan
Tinjauan
pustaka :
Bahan :
1. Ikan gurami
2. Kepiting
3. Ikan tongkol
4. Ikan tenggiri
5. Udang
6. Ikan mujair
7. Sarden
8. Ikan asin
9. Ikan mas
10. Cumi –cumi
11. Kerang
12. Ikan nila
Alat :
·
Tabung reaksi
·
Gabus
·
Kawat
·
Pipet tetes
·
Karet penghisap
·
Cawan petri
·
Gelas kimia
·
Blender
·
Penangas air
·
Kertas lakmus merah
·
Kertas saring
Prosedur pratikum :
1.
Catat cirri masing-masing dilihat dari berat, warna,
bau, kulit, sisik, sirip, insang dan mata serta mandingkan dengan cirri ikan
segar
2.
Catat perbedaan
Ikan gurami : ikan mas : ikan mujair
Ikan tongko : ikan tenggiri
3.
Bersihkan dan catat berta yang dapat dimakan.
4.
Lakukan uji eber
Bahan :
-
Reagen Eber (campur HCL pekat : alcohol 90% : ether =
1: 1: 1)
Alat : tabung
reaksi, penyumbat gabus, kawat, pipet 5ml, karet penghisap
Cara kerja :
Buat larutan
Eeber yang terdiri dari campuran HCL pekat, alcohol 90% dan eter dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Isi tabung reaksi dengan larutan Eber sebanyak 3-5 ml.
iriss daging kira-kira sebesar kacang tanah dan tusukan pada ujung kawat dan
pada ujung kawat yang lainnya tusukan pada penyumbat gabus. Masukan daging ikan
yang sudah di tusuk ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Eber dan ujung
kawat lain dengan penyumbat gabus di tutupkan pada mulut tabunng. Terbentunya
gas berwarnaputih didalam tabung menunjukan adanya gas NH3 hasil pembusukan
(bila ada gas beri tanda ( + )
5.
Kriteria Penilaian Kesegara Ikan
No
|
Warna
|
Cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Pucat/putih
|
1
|
Mata
|
Mata jernih, cembung
|
Warna gelap, cembung
|
Warna keputihan
|
putih
|
2
|
Kulit
|
Sedikit berlendie
|
Berlendir
|
Berlendir
|
Berlendir banyak
|
3
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Kehilangan sifat kenyal
|
Lunak
|
Lunak
|
4
|
Sisik
|
Melekat kuat
|
Agak mudah lepas
|
Mudah lepas
|
Mudah lepas
|
5
|
Insang
|
Merah cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Putih
|
6
|
Aroma
|
Khas (segar)
|
Netral
|
Bau asam
|
Busuk
|
7
|
Mutu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
6.
Lakukan uji postma
Bahan kimia : MgO
Alat :
Cawan petri diameter 100 mm, gelas kimia 250 ml,
blender, penangas air, kertas lakmus merah dan kertas saring
Cara kerja :
Hancurkan daging ikan dalam blender dengan menambahkan
air 10 kali berat ikan, kemudakan saring. Tempelkan kertas lakmus merah pada
bagian dalam tutup cawan petri. Letakkan cawan petri bagian bawah dalam
penangas air bersuhu 50-60’C. masukkan 10 ml fitrat ke dalam cawan petri dann
tambahkan MgO 0, gr dan cawan segera ditutup. Jika terjadi perubahan warna
kertas lakmus dari merah menjadi biru menandakan adanya gas NH3 hasil
pembusukan (bila berubah warna beri tanda +).
7.
Lakukan uji H2S
Bahan kimia : larutan Pb asetat 10%
Alat : cawan petri, kertas saring dan pipet tetes
Cara kerja : iris daging sebesar kacang tanah dan
letakkan pada cawan petri. Daging ikan di tutup dengan kertas dan ditetesi
dengan larutan Pb asetat 10%. Cawan petri ditutup dengan sedikit terbuka.
Terbentuknya warna coklat pada bekas tetesan Pb asetat menunjukan adanya gasH2S
hasil pembusukan (bila timbul warna coklat beri tanda +)
Cara Kerja :
1. Catat ciri masing – masing dilihat dari
berat, warna, bau, kulit, sisi, sirip, insang dan mata dan bandingkan dengan
ciri ikan segar
No
|
Nama Ikan
|
Berat
|
Warna
|
Bau
|
Kulit
|
Sisik
|
Sirip
|
Insang
|
Mata
|
1.
|
Cumi – cumi
|
25 gr
|
Putih agak kemerahan
|
Amis
|
Berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Jernih cembung
|
2.
|
Ikan Asin
|
75 gr
|
Abu coklat putih
|
Tidak berbau asam
|
Tidak berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat kuat
|
Tidak ada
|
Tidak berlendir
|
3.
|
Ikan Tenggiri
|
40 gr
|
Abu abu
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Susah lepas
|
Merah cerah
|
Gelap cembung
|
4.
|
Kerang
|
25 gr
|
Coklat kekuningan
|
Amis
|
Tidak berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak jernih
|
5.
|
Udang
|
10 gr
|
Orange keputihan
|
amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Cembung
|
6.
|
Ikan Nila
|
80 gr
|
Abu abu
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat Kuat
|
Merah cerah
|
Jernih cembung
|
7.
|
Ikan Mas
|
180 gr
|
Orange
|
Amis
|
Banyak lendir
|
Melekat kuat
|
Melekat Kuat
|
Merah cerah
|
Jernih cembung
|
8.
|
Kepiting
|
120 gr
|
Hitam
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Gelap cembung
|
9.
|
Ikan Tongkol
|
55 gr
|
Pucat
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Jernih Cembung
|
10.
|
Ikan Gurame
|
75 gr
|
Merah
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Ada
|
11.
|
Sarden
|
20 gr
|
Hitam pucat putih
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
12
|
Ikan Mujair
|
40 gr
|
Hitam kekuningan
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Jernih cembung
|


Cumi – Cumi Ikan Asin


Ikan Tenggiri Kerang






Ikan Gurami ikan Mujair


Sarden
Ikan Mas
Cumi-cumi

Ikan asin

Ikan tenggiri

Kerang

Ikan nila

Kepiting

Ikan mas

Gurami

Ikan mujair

Ikan tongkol

2. Catat perbedaan :
Ikan gurami : ikan mas : ikan mujair
Ikan tongkol : ikan tenggiri
3. Bersihkan dan catat berat yang dapat
di makan
No
|
Nama Ikan
|
Berat
|
1
|
Cumi cumi
|
20 gr
|
2
|
Ikan asin
|
75 gr
|
3
|
Ikan Tenggiri
|
40 gr
|
4
|
Kerang
|
5 gr
|
5
|
Udang
|
50 gr
|
6
|
Ikan Nila
|
50 gr
|
7
|
Ikan Mas
|
120 gr
|
8
|
Kepiting
|
105 gr
|
9
|
Ikan Tongkol
|
50 gr
|
10
|
Ikan Gurame
|
55 gr
|
11
|
Ikan Mujair
|
25 gr
|
12
|
Sarden
|
20 gr
|
4. Uji Eber
potongan daging di tusuk pada kawat dan di
beri larutan eber dan ujung kawat di beri gabus untuk menutupi tabung.
Ada gas (+)

5. Uji Postma
Cumi-cumi dipotong

Potongan cumi di haluskan

Cumi yang sudah di haluskan disaring

timbang MgO
0.1 gr dan di masukkan ke dalam saringan ikan yang sudah di haluskan

lihat perubahan warna kertas lakmus dari
merah menjadi biru

6. Uji H2S
Potongan daging cumi
– cumi ditutupi kertas sarig dan di tetesi dengan larutanPb asetat dan d tutupi dengan
cawan petri. Jika terjadi warna coklat maka terjadi pembusukan.

Kesimpulan : Untuk mengetahui pembusukan ikan kita bisa melakukan pengamatan subyektif dan objektif seperti
1. Pengamatan Subyektif
No
|
Warna
|
Cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Pucat/putih
|
1
|
Mata
|
Mata jernih, cembung
|
Warna gelap, cembung
|
Warna keputihan
|
putih
|
2
|
Kulit
|
Sedikit berlendie
|
Berlendir
|
Berlendir
|
Berlendir banyak
|
3
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Kehilangan sifat kenyal
|
Lunak
|
Lunak
|
4
|
Sisik
|
Melekat kuat
|
Agak mudah lepas
|
Mudah lepas
|
Mudah lepas
|
5
|
Insang
|
Merah cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Putih
|
6
|
Aroma
|
Khas (segar)
|
Netral
|
Bau asam
|
Busuk
|
7
|
Mutu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
|
|
|
|
2. Pengamatan objektif
·
Eber
·
Uji postma
·
Uji H2S
Daftar Pustaka :
Daftar Pustaka
:
·
Ayustaningwarno Fitriyono,S.Tp,M.Si,2010.Ilmu
Pengetahuan Pangan.Bandung:Alfabrta,CV.
·
Buckle,K.A, 2009.Ilmu Pangan.Jakarta:UI Press
·
Buku “Pedoman Pendidikan Ilmu Pangan Dasar 2013
Padang, 30 November
2013
Pembimbing Pratikum Pembuat
Laporan
( ) (
Muharlika Elsa Putri )
NIM
: 132110168
LAPORAN PRATIKUM ILMU PANGAN
DASAR
PEMILIHAN IKAN DAN PERAIRAN
LAINNYA SERTA HASIL OLAH BERDASARKAN STANDAR MUTU
“ IKAN DAN HASIL PERAIRAN
LAINNYA ’’

Oleh :
GOLONGAN 11
KELAS 1B
1.
FRISTA
PUTRI MAIRILLA (132110160)
2.
MUHARLIKA
ELSA PUTRI (132110168)
3. SRI ELSI JUNIZAR
(132110179)
KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN GIZI POLTEKKES
PADANG
2013
LAPORAN PRATIKUM ILMU PANGAN DASAR
Judul : Pemilihan ikan dan hasil perairan
lainnya berdasarkan hasil olahannya berdasarkan standar mutu
Topik : Ikan dan hasil
perairan
Praktek ke /
gol : 4 / 11
Hari /
tanggal : selasa /
19 November 2013
Tujuan :
·
Menetukan
persamaan dan perbedaan jenis ikan dan hasil perairan berdasarkan ciri yang ada
·
Menentukan
persamaan dan perbedaan hasil ikan dan hasil perairan berdasarkan ciri yang ada
·
Menentukan
mutu ikan dan hasil perairan
Tinjauan
pustaka :
Bahan :
1. Ikan gurami
2. Kepiting
3. Ikan tongkol
4. Ikan tenggiri
5. Udang
6. Ikan mujair
7. Sarden
8. Ikan asin
9. Ikan mas
10. Cumi –cumi
11. Kerang
12. Ikan nila
Alat :
·
Tabung reaksi
·
Gabus
·
Kawat
·
Pipet tetes
·
Karet penghisap
·
Cawan petri
·
Gelas kimia
·
Blender
·
Penangas air
·
Kertas lakmus merah
·
Kertas saring
Prosedur pratikum :
1.
Catat cirri masing-masing dilihat dari berat, warna,
bau, kulit, sisik, sirip, insang dan mata serta mandingkan dengan cirri ikan
segar
2.
Catat perbedaan
Ikan gurami : ikan mas : ikan mujair
Ikan tongko : ikan tenggiri
3.
Bersihkan dan catat berta yang dapat dimakan.
4.
Lakukan uji eber
Bahan :
-
Reagen Eber (campur HCL pekat : alcohol 90% : ether =
1: 1: 1)
Alat : tabung
reaksi, penyumbat gabus, kawat, pipet 5ml, karet penghisap
Cara kerja :
Buat larutan
Eeber yang terdiri dari campuran HCL pekat, alcohol 90% dan eter dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Isi tabung reaksi dengan larutan Eber sebanyak 3-5 ml.
iriss daging kira-kira sebesar kacang tanah dan tusukan pada ujung kawat dan
pada ujung kawat yang lainnya tusukan pada penyumbat gabus. Masukan daging ikan
yang sudah di tusuk ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Eber dan ujung
kawat lain dengan penyumbat gabus di tutupkan pada mulut tabunng. Terbentunya
gas berwarnaputih didalam tabung menunjukan adanya gas NH3 hasil pembusukan
(bila ada gas beri tanda ( + )
5.
Kriteria Penilaian Kesegara Ikan
No
|
Warna
|
Cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Pucat/putih
|
1
|
Mata
|
Mata jernih, cembung
|
Warna gelap, cembung
|
Warna keputihan
|
putih
|
2
|
Kulit
|
Sedikit berlendie
|
Berlendir
|
Berlendir
|
Berlendir banyak
|
3
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Kehilangan sifat kenyal
|
Lunak
|
Lunak
|
4
|
Sisik
|
Melekat kuat
|
Agak mudah lepas
|
Mudah lepas
|
Mudah lepas
|
5
|
Insang
|
Merah cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Putih
|
6
|
Aroma
|
Khas (segar)
|
Netral
|
Bau asam
|
Busuk
|
7
|
Mutu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
6.
Lakukan uji postma
Bahan kimia : MgO
Alat :
Cawan petri diameter 100 mm, gelas kimia 250 ml,
blender, penangas air, kertas lakmus merah dan kertas saring
Cara kerja :
Hancurkan daging ikan dalam blender dengan menambahkan
air 10 kali berat ikan, kemudakan saring. Tempelkan kertas lakmus merah pada
bagian dalam tutup cawan petri. Letakkan cawan petri bagian bawah dalam
penangas air bersuhu 50-60’C. masukkan 10 ml fitrat ke dalam cawan petri dann
tambahkan MgO 0, gr dan cawan segera ditutup. Jika terjadi perubahan warna
kertas lakmus dari merah menjadi biru menandakan adanya gas NH3 hasil
pembusukan (bila berubah warna beri tanda +).
7.
Lakukan uji H2S
Bahan kimia : larutan Pb asetat 10%
Alat : cawan petri, kertas saring dan pipet tetes
Cara kerja : iris daging sebesar kacang tanah dan
letakkan pada cawan petri. Daging ikan di tutup dengan kertas dan ditetesi
dengan larutan Pb asetat 10%. Cawan petri ditutup dengan sedikit terbuka.
Terbentuknya warna coklat pada bekas tetesan Pb asetat menunjukan adanya gasH2S
hasil pembusukan (bila timbul warna coklat beri tanda +)
Cara Kerja :
1. Catat ciri masing – masing dilihat dari
berat, warna, bau, kulit, sisi, sirip, insang dan mata dan bandingkan dengan
ciri ikan segar
No
|
Nama Ikan
|
Berat
|
Warna
|
Bau
|
Kulit
|
Sisik
|
Sirip
|
Insang
|
Mata
|
1.
|
Cumi – cumi
|
25 gr
|
Putih agak kemerahan
|
Amis
|
Berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Jernih cembung
|
2.
|
Ikan Asin
|
75 gr
|
Abu coklat putih
|
Tidak berbau asam
|
Tidak berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat kuat
|
Tidak ada
|
Tidak berlendir
|
3.
|
Ikan Tenggiri
|
40 gr
|
Abu abu
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Susah lepas
|
Merah cerah
|
Gelap cembung
|
4.
|
Kerang
|
25 gr
|
Coklat kekuningan
|
Amis
|
Tidak berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak jernih
|
5.
|
Udang
|
10 gr
|
Orange keputihan
|
amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Cembung
|
6.
|
Ikan Nila
|
80 gr
|
Abu abu
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat Kuat
|
Merah cerah
|
Jernih cembung
|
7.
|
Ikan Mas
|
180 gr
|
Orange
|
Amis
|
Banyak lendir
|
Melekat kuat
|
Melekat Kuat
|
Merah cerah
|
Jernih cembung
|
8.
|
Kepiting
|
120 gr
|
Hitam
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Gelap cembung
|
9.
|
Ikan Tongkol
|
55 gr
|
Pucat
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Jernih Cembung
|
10.
|
Ikan Gurame
|
75 gr
|
Merah
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Ada
|
11.
|
Sarden
|
20 gr
|
Hitam pucat putih
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
12
|
Ikan Mujair
|
40 gr
|
Hitam kekuningan
|
Amis
|
Sedikit berlendir
|
Melekat kuat
|
Melekat kuat
|
Merah cerah
|
Jernih cembung
|


Cumi – Cumi Ikan Asin


Ikan Tenggiri Kerang






Ikan Gurami ikan Mujair


Sarden
Ikan Mas
Cumi-cumi

Ikan asin

Ikan tenggiri

Kerang

Ikan nila

Kepiting

Ikan mas

Gurami

Ikan mujair

Ikan tongkol

2. Catat perbedaan :
Ikan gurami : ikan mas : ikan mujair
Ikan tongkol : ikan tenggiri
3. Bersihkan dan catat berat yang dapat
di makan
No
|
Nama Ikan
|
Berat
|
1
|
Cumi cumi
|
20 gr
|
2
|
Ikan asin
|
75 gr
|
3
|
Ikan Tenggiri
|
40 gr
|
4
|
Kerang
|
5 gr
|
5
|
Udang
|
50 gr
|
6
|
Ikan Nila
|
50 gr
|
7
|
Ikan Mas
|
120 gr
|
8
|
Kepiting
|
105 gr
|
9
|
Ikan Tongkol
|
50 gr
|
10
|
Ikan Gurame
|
55 gr
|
11
|
Ikan Mujair
|
25 gr
|
12
|
Sarden
|
20 gr
|
4. Uji Eber
potongan daging di tusuk pada kawat dan di
beri larutan eber dan ujung kawat di beri gabus untuk menutupi tabung.
Ada gas (+)

5. Uji Postma
Cumi-cumi dipotong

Potongan cumi di haluskan

Cumi yang sudah di haluskan disaring

timbang MgO
0.1 gr dan di masukkan ke dalam saringan ikan yang sudah di haluskan

lihat perubahan warna kertas lakmus dari
merah menjadi biru

6. Uji H2S
Potongan daging cumi
– cumi ditutupi kertas sarig dan di tetesi dengan larutanPb asetat dan d tutupi dengan
cawan petri. Jika terjadi warna coklat maka terjadi pembusukan.

Kesimpulan : Untuk mengetahui pembusukan ikan kita bisa melakukan pengamatan subyektif dan objektif seperti
1. Pengamatan Subyektif
No
|
Warna
|
Cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Pucat/putih
|
1
|
Mata
|
Mata jernih, cembung
|
Warna gelap, cembung
|
Warna keputihan
|
putih
|
2
|
Kulit
|
Sedikit berlendie
|
Berlendir
|
Berlendir
|
Berlendir banyak
|
3
|
Tekstur
|
Kenyal
|
Kehilangan sifat kenyal
|
Lunak
|
Lunak
|
4
|
Sisik
|
Melekat kuat
|
Agak mudah lepas
|
Mudah lepas
|
Mudah lepas
|
5
|
Insang
|
Merah cerah
|
Agak pudar
|
Pudar
|
Putih
|
6
|
Aroma
|
Khas (segar)
|
Netral
|
Bau asam
|
Busuk
|
7
|
Mutu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
|
|
|
|
2. Pengamatan objektif
·
Eber
·
Uji postma
·
Uji H2S
Daftar Pustaka :
Daftar Pustaka
:
·
Ayustaningwarno Fitriyono,S.Tp,M.Si,2010.Ilmu
Pengetahuan Pangan.Bandung:Alfabrta,CV.
·
Buckle,K.A, 2009.Ilmu Pangan.Jakarta:UI Press
·
Buku “Pedoman Pendidikan Ilmu Pangan Dasar 2013
Padang, 30 November
2013
Pembimbing Pratikum Pembuat
Laporan
( ) (
Muharlika Elsa Putri )
NIM
: 132110168
Langganan:
Postingan (Atom)